L
(cast : L as L/Kim MyungSoo & You as yourself)
Siluet wajahmu
tergambar jelas di pikiranku. Cahaya yang datang dari luar jendela membuat nya
semakin jelas.
*
Aku ingat
pertama kali aku bertemu denganmu. Kau dengan kacamata dan buku-buku
ditanganmu. Membuat ku yakin kau tidak lebih muda dariku. Cool. Kata-kata itu
yang muncul di pikiranku ketika pertama kali aku melihat mu. Aku memberanikan
diri untuk bertanya
“kau
murid Kyung Hee juga?” tanyaku.
Dia yang
tadinya melihat ke luar jendela, kini menoleh ke arahku. “ya .. sama seperti mu” jawabnya sambil tersenyum padaku.
Seperti aku? Apa maksudnya? Apa dia
sudah mengenali ku?
“maaf?
apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanyaku
“bisa
dibilang tidak. Tetapi aku sering melihatmu, walaupun kau tidak pernah melihat
ku ...” dia kembali melihat ke arah luar jendela bus.
“Kau .. di kelas seni,
kan?” lanjutnya
sambil kembali menoleh padaku
“ah
.. ya” jawabku dengan bingung. Seribu pertanyaan berputar di kepalaku.
Orang ini,
membuat ku ... tertarik
“umm
.. ngomong-ngomong aku Eun Jihyun. Senang bertemu denganmu .. ” aku
mengulurkan tangan sambil tersenyum padanya, berharap dia menyebutkan namanya.
“L”
dia membalas uluran tanganku.
L? Benarkah itu namanya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Wajah
penuh kebingungan kembali datang.
“ ugh, mianhae, apa jawabanku membuatmu bingung? .. ” dia tertawa.
Mungkin karena wajahku yang begitu aneh mendengar jawabannya.
“ .. L nama panggilan ku. Aku lebih suka dipanggil L daripada Kim Myung
So, memang banyak yang terheran heran saat mendengar nama ku, tapi bagaimana
lagi, itu panggilan ku sejak kecil..” katanya sambil tersenyum.
“.. Aku dikelas seni
juga, sama seperti mu.” lanjutnya.
“apa?
Apa kau bilang? .. kelas seni? Sama
seperti ku?” aku terkejut
“ada
apa? Apa wajahku tidak pantas masuk kelas seni?” jawabnya sambil memeggang wajahnya, dia berkaca di handphone nya yang
memantulkan bayangan wajahnya, seperti mencari-cari apa ada kesalahan di
wajahnya.
“ani-
aku hanya .. tidak pernah melihat mu” kataku masih dengan wajah bingung
“tetapi,
sekarang kau sudah melihat ku kan?.. jadi tidak perlu bingung seperti itu” jawabnya.
Untuk beberapa saat matanya memandangi mataku dan tersenyum. Aku hanya dapat
membalas pandangannya.
*
Sejak saat itu,
entah mengapa aku dibuat penasaran oleh nya. Kami semakin dekat dan dekat. Berlatih
musik bersama, menyanyi, menari, dan segala yang kami lakukan, kami lakukan
bersama. Sangat Dekat.
Tapi entah
mengapa aku tidak pernah bisa mengerti pikirannya. Bahkan isi hatinya. Semakin
aku mencoba mencari tahu tentang hidupnya, dia semakin membuatku sulit.
L .. Siapa kau sebenarnya? Mengapa
aku merasa, kau lebih mengenal ku. Bahkan sebelum aku tahu siapa dirimu.
*
“L
! L !!” teriakku sambil berlari ke arahnya. L yang sedang duduk menikmati
makanan nya terkejut mendengar teriakan ku. Dengan segera dia melihat ke
arahku.
“mwo?”
tanya nya selagi aku mengatur nafas ku.
“kau
sudah tau ini?” aku menyodorkan sebuah brosur. Sebuah brosur pencarian
bakat.
“salah
satu entertainment ternama di korea sedang mencari artis-artis berbakat untuk
di training. Kita akan pergi bersama kan?” tanyaku dengan wajah gembira. Ah
Tidak, bahkan sangat gembira. Karena ini saatnya aku dan L berjuang bersama,
bahkan jika beruntung kami bisa satu entertainment. Benar-benar kesempatan yang
bagus.
L terdiam.
Masih melihat brosur itu. Pandangannya kosong, dia hanya melanjutkan makannya
sesaat setelah memandangi brosur itu. Tidak ada tanggapan dari L.
“L
!” seruku. Emosi, karena L tidak memberi jawaban.
“kau
saja yang pergi” jawabnya singkat. Begitu singkat, bahkan tidak sesuai
harapan dan bayanganku.
“apa?
Bukankah kita sudah janji untuk pergi bersama? Itu tujuan kita kan? Tapi kenapa
sekarang kau malah menolak kesempatan yang sudah kita tunggu dari lama, L?”
tanyaku. Begitu sedih mendengar jawabn L. Hampir saja air mata mu menetes
“semua
orang bisa berubah, kan? Lalu .. apa ada yang salah jika pemikiranku berubah? Bukankah itu terserah padaku?” jawab
L. Matanya hanya sibuk pada makanan di depan nya.
“apa
yang terjadi padamu L? Apa yang membuat mu berubah tiba-tiba seperti ini?”
“tidak
ada. Aku hanya tidak mau.”
“Kau
bohong .. Kau pasti berbohong !” kali ini nada ku meninggi. Aku berusaha menahan airmata ku
yang sudah memaksa jatuh.
“Sudahlah
Jihyun-ah ! .. “ seru L, nadanya lebih tinggi dariku. Dia yang tadinya
duduk, dengan cepat berdiri. Aku terkejut mendengar nya. Tidak pernah dia
berkata, bahkan membentakku seperti itu. Ini bukan L yang aku kenal. Sesuatu
merubahnya.
“.. mulai sekarang tidak usah membicarakan hal yang tidak penting seperti
itu !.. aku sudah muak mendengarnya !” lanjutnya sambil beranjak pergi
meninggalkanku.
“L
! L !! ” aku berteriak memanggilnya. Dia tidak mendengarkan nya. Atau
bahkan pura-pura tidak mendengarku.
Tidak terasa
airmataku sudah membasahi pipiku. Aku memegang dadaku tidak tahu perasaan apa
ini. Hanya saja, ini sakit. Terlalu sakit.
*
Aku jarang bertemu dengan L sejak kejadian yang menyakitkan
itu. L, juga jarang mengisi bangku di sampingku yang kosong. Bangku itu
seharusnya miliknya. Aku hanya bisa diam melihat bangku itu. Tidak ada L.
Bahkan
sekarang, aku tidak dapat melihat L duduk disamping ku lagi di dalam bus.
Orang-orang menggantikan posisinya. Orang-orang asing, yang tidak aku kenal
sama sekali. Kemana dia?.. L !
*
Aroma rangkaian bunga menusuk hidung
ku. Pemakaman. Ah mengapa Aku begitu membenci nya, bagiku pemakaman adalah
sebuah perpisahan yang tidak masuk akal. Dimana orang-orang menangisi orang
yang sudah pergi entah kemana. Aku tidak pernah menangis di pemakaman,
seberapapun sedih nya hatiku ketika ditinggal kan, aku tidak pernah menangis.
Heran, mungkin itulah yang aku rasakan. Heran, kemana perginya mereka yang
meninggal, apakah benar tidak akan pernah bertemu lagi disaat aku juga meninggal
nanti?
Aku meletakkan seikat bunga diatas
makam L. Aku memutuskan untuk tidak menghadiri pemakamannya karena aku sibuk menyalahkan diriku. Seandainya saat
itu aku tidak sebodoh itu, mungkin waktu yang aku habiskan bersama L tidak
sesingkat ini.
*
“Selama
ini L menyayangi mu, Jihyun-ah” aku MoonSoo, kakak L.
“L?
Menyayangiku?” tanyaku. Aku sangat terkejut mendengarnya.
“dia
bahkan mencintaimu.” Lanjut MoonSoo
“tetapi
aku tidak pernah menyadari itu”tanyaku lagi.
“tentu
saja, dia mencintaimu sejak lama,seingatku sejak dia masuk SMA yang sama
denganmu.”
“SMA
yang sama? Maksudmu, dia ..”
“L
anak baru di sekolah mu saat itu, mungkin kau tidak menyadari nya, maka dari
itu kau tidak mengenal nya.” Sela MoonSoo
“kebiasaannya
menggambar sudah di mulai sejak SD. Tetapi saat dia masuk SMA, semua gambar nya
berubah” dia menlanjutkan.
“berubah
bagaimana?” tanyaku semakin
penasaran.
“L
lebih sering menggambar wajah seorang wanita sejak kepindahannya di SMA barunya
itu. Awalnya aku kira dia mencoba menggambar sesuatu yang berbeda dewasa ini,
tetapi tidak. Aku menyadari akhir-akhir ini dia senang memandangi hasil
gambarnya yang ada di ruangannya, dia juga lebih sering melamun. Aku baru sadar ketika aku mencoba mencermatinya lagi.
ada sesuatu yang membuatnya menggambar seorang wanita di tiap kertas yang dia
miliki. Dan semua wanita yang digambarnya, adalah wanita yang sama. Dia
mencintai wanita itu. Maka dari itu ketika aku bertemu denganmu, tidak salah
lagi, kau adalah wanita yang di gambar oleh L” MoonSoo mengakhiri cerita
nya.
Aku hanya
terdiam memandangi MoonSoo. Ceritanya membuatku begitu terkejut. L melakukan itu semua, dan aku tidak pernah
menyadari nya?
“apakah
dia menghafal wajahku dan menggambarnya di rumah?” akhirnya aku membuka
mulut untuk bertanya lebih jauh.
“aku
tidak tahu. Tetapi,aku tidak pernah melihatnya menggambar di rumah. Yang aku
tahu, setiap dia pulang sekolah,ada saja gambar yang ia tempelkan di dinding
ruangannya” jawab MoonSoo
“Bolehkah
.. aku .. melihat ruangan yang kau maksud itu?” pintaku pada MoonSoo.
Aku pun
berterima kasih pada MoonSoo karena tidak keberatan untuk menunjukan ruangan L.
Dia mengantarku ke dalam ruangan itu, ruangan kecil, dan rapi. Sepertinya
ruangan ini baru saja di rapikan. Sebuah kasur yang cukup besar yang mampu
dipakai oleh 2 orang, terlihat rapi. Buku-buku sketsa pun tertata rapi, aku
juga dapat melihat alat-alat gambar yang berdiri di dalam sebuah kaleng kecil.
Aku menyentuh barang-barang itu. L pernah menggunakannya. Beberapa gambarnya
memang di pasang di dinding ruangan. Tetapi aku tidak melihat gambar seorang
wanita disana.
“kemarilah”
suara MoonSoo mengejutkan ku. Dia sudah berdiri di dekat sebuah pintu yang ada
di dalam ruangan itu.
Ada pintu lain? Aku bertanya-tanya dalam hati. Apa itu?
MoonSoo sudah
berada dalam ruangan yang ditunjukan nya. Aku pun masuk melewati pintu. Ruangan
itu benar-benar membuat ku terdiam. Tidak tahu harus berkata apa-apa
“
ini, ruangan yang aku katakan itu” jelas MoonSoo
Kali ini aku
hanya bisa diam, melihat sekeliling ruangan itu. Hanya ada coretan coretan
pensil membentuk sebuah lekukan sempurna seorang wanita. Aku berusaha mendekati
salah satu dari gambar-gambar itu. Di ujung kertas tertulis (L |
02/01/08). Terlihat seorang
wanita sedang duduk bersandar pada pilar sekolah, dengan serius membaca tumpukan
kertas.
Ini .. bukankah 2 hari sebelum
pementasan drama tahun baru sekolah? Saat itu aku sangat sibuk membaca naskah drama. Bagaimana bisa ... ? L ..
Aku tertarik
pada gambar lain, gambar diriku yang sedang berkumpul dengan teman, mereka
menyayikan lagu ulang tahun. Wajahku terlihat sangat ceria disitu. Pada gambar
nya kali ini tertulis a year passed, but i’m still here hiding my
self (L | 21/09/09) “happy
birthday,Jihyun-ah” kau meraba gambar itu, melihatnya dengan penuh
perasaan haru. Sebodoh itu kah aku?
Sampai-sampai aku tidak merasakan kehadiran L?
Begitu
banyak gambar L di ruangan itu, dindingnya penuh, aku tahu dia menggambar
setiap gerak-gerik ku di sekolah. Aku hanya bisa menutupi mulutku dengan
tanganku, tidak bisa lagi menahan airmata yang memaksa untuk keluar.
“L
mengidap penyakit itu sejak dia SMP. Sirosis, membuat dia tidak bisa melakukan
apa yang dia ingin lakukan. Membuat dia berpikir dua kali sebelum dia melakukan
hal yang dia inginkan. Maka dari itu, dia hanya bisa memandangi gambar-gambar
nya dengan sedih” penjelasan MoonSoo hanya membuat airmataku semakin
membasahi pipiku.
“Dia
senang bisa dekat denganmu sebelum’ waktunya’ , yaa kau tahu maksud dari kata
‘waktunya’ kan? ... “
aku masih
diam terpaku di tempat, menahan mulutku agar tidak mengeluarkan suara tangis.
“
... tetapi pada akhirnya, dia tetap harus menjauhi mu. Waktu yang diperkirakan
sudah tiba. Dia benar-benar harus pergi. Itu alasan mengapa dia menolak untuk
ikut dalam audisi pencarian bakat. Dalam hati dia menyesal sudah menolak
ajakanmu, tapi itulah satu-satunya jalan agar dia bisa jauh darimu .jika bisa,
agar kau membencinya.dia hanya mengurung diri di kamar,tidak tahu apa yang
dipikirkan dia hanya bilang dia menyesal, dia hanya bisa memohon agar kau bisa
melupakannya dan hidup seperti sebelum kau mengenal L” lanjut MoonSoo.
Kini kaki ku
tidak mampu lagi menopang badanku yang terasa semakin berat. Aku terjatuh ke
lantai. MoonSoo segera berlari ke arah ku. Memegang kedua pundak ku. Memastikan
aku baik-baik saja.
“aku
terlalu bodoh .. aku terlalu bodoh untuk hal seperti ini. Kalau saja aku tidak
terlambat menyadari nya. Aku bisa menemaninya. Menghabiskan saat-saat terakhir
L dengan kenangan yang tidak seburuk ini” kataku sambil menangis
“hiduplah
dengan bahagia. Itu sudah cukup bagi L. Dia hanya ingin melihatmu bahagia meski
bukan bersama nya”
*
Kata-kata terakhir MoonSoo, membuat
ku lebih tegar kali ini. Setidaknya aku bersyukur di hari itu. Di saat aku
bertanya padanya, disaat dia membuat siluet di bawah cahaya yang tidak pernah
terlupakan oleh ku. Tidak akan.
-END-
Terima kasih sudah membaca ! aku akan terus menulis, jadi tunggu saja post ku selanjutnya ^^
Jangan lupa comment, katakan apa yang kau pikirkan tentang FF ini
*for you who copying my FF, please put a credit ! *
Label: fan fiction, Infinite, Kim MoonSoo, Kim MyungSoo, L, sad ending